Friday, 24 April 2015

Apakah Zona Pertemanan Lebih Baik?



Helo Readers.....
Kemarin nggak posting apa-apa jadi saya sempatkan lihat blog dan mulai menulis lagi. Yah, nulis juga kadang-kadang mirip iman. Semangatnya ada, cuma naik-turun. gitu deh!

Hanya ingin mengupas sedikit fenomena tentang pertemanan pria-wanita. Dua makhluk kutub utara selatan. Apakah mungkin seorang laki-laki normal bersahabat akrab dengan wanita normal. Apakah mungkin diantara keduanya atau salah satunya merasakan getaran aneh? Ummmm..... You gonna be fucking kidding me.....

Persahabatan cowok-cewek kadang seperti gelas kaca dan orang yang ingin minum. Mengapa? Gelas kaca itu hanyalah salah satu fasilitas untuk orang yang ingin minum air. Selebihnya Anda bisa minum dari botol atau gelas pelastik atau mungkin dengan bambu.

Orang bisa bersahabat dengan siapa saja. tua dengan tua, muda dengan muda, anak dan remaja, umur sebaya, sejenis, beda jenis. Mengapa orang bersahabat? Karena mereka ingin aman. Ingin ada yang mendengar. Ingin bersosialisasi. Ingin punya orang berbagi yang tidak dapat ia bagi dengan kekasihnya.

Dan bagaimana dengan boy friend dan boyfriend. Bagaimana juga girl friend dan girlfriend. Kita tahu bersama kalau sahabat laki-laki bahasa inggrisnya boy friend. Terus pacar juga bahasa inggrisnya boyfriend. Begitupun dengan girlfriend.

Ini personal opinion saja, yang terjadi adalah itu terdengar sama. Memang pertemanan pria-wanita sangatlah komplex. Lawan jenis memang cenderung dapat memberi jurus jitu dibanding yang sejenis. Mungkin sih pengaruh hormon. kutubnya udah beda, sudah pasti lebih nyambung. 

Saya ceritakan sedikit kisah tentang pertemanan. Terserah Anda menafsirkan ini kisah siapa. Saya membebaskan pembaca saya agar sepenuhnya menggunakan imajinasinya.

Ada dua orang yang saling berteman. Tidak juga bisa dibilang akrab, si cowok sukanya meledek si cewek, tapi mereka berkawan baik. Mereka merantau ke sebuah kota asing, dimana beberapa teman yang sedaerah mereka juga kesana untuk sekolah.

Si cowok adalah manusia dangkal, tidak peka, manja, dan kekanak-kanakan. Tubuhnya sangat kecil, kita ia berjumpa dengan si cewek, waktu itu mereka masih SMP. Nggak seperti anak zaman sekarang, kalau zaman dulu tuh SMP tu ingusan banget. Si cewek juga sama. Tempo itu, jangankan sinyal, getaran setan pun nggak ada. Saat itu zona pertemanan benar-benar murni dan menyenangkan. Jadi pengen kembali ke masa itu (emangnya ini ceritaku yah?).

Beranjak SMA, umm... mereka mulai puberitas. Si cewek mulai lirik-lirik cowok sekilas lah, dan naksir yang paling populer. Si cowok masih asyik di dunianya sendiri. Berjam-jam nonton porno di warnet dan game online (musim itu belum ada wifi). Hingga tiba waktunya kelulusan SMA. Mereka lulus bersama, si cewek adalah manusia ambisius dan pandai. Si cowok sangat suka mengganggu si cewek, seperti ketika mereka masih kecil dulu. Tanpa sadar apa yang dirasakannya. Hingga saat itu, ketika hari kelulusan, orangtua si cewek tidak datang. Padahal si cewek mendapat penghargaan. Berbeda dengan dirinya yang selalu dikuntit orangtuanya kemana-mana. Ia tahu bahwa temannya itu sedang sedih. Tapi senyum yang lebar selalu terpatri di wajahnya. Sadarlah si cowok bahwa dia sangat mengagumi si cewek. Dan sebentar lagi mereka akan berpisah.

Untungnya mereka bertemu lagi di Universitas yang sama. Namun kini mereka sibuk mengurusi tugas kuliah. dan lagi mereka masih berteman. Mereka pun punya pacar masing-masing. Tapi hubungan tidak berjalan baik hingga akhirnya putus.

Nggak sengaja lagi iseng chat facebook, ketemu chat teman lama. Saling chat deh akhirnya, tiap malam mengusir sepi. Ummm.... melalui percakapan singkat. Finally, mereka jadian.

Ada satu hal yang selalu membuat si cewek ragu. Apa benar mantan temannya yang sudah jadi pacarnya ini sayang padanya? Sesungguhnya si cewek tidak pernah tahu, bahwa temannya ini sudah memendam perasaan sejak dulu. Si cewek jadi ragu untuk mengenalkan si cowok sebagai pacarnya, Si cowok sendiri merasa terkucilkan dengan hal itu.  Mereka tidak lagi saling terbuka satu sama lain. Satu-satunya jalan yang terpikirkan adalah putus. Kembali lagi ke masa ketika mereka berpisah dan sibuk. Seperti itulah saat ini. Tidak ada lagi chat, SMS-an, teleponan sekedar say halo.

Hingga tiba masa itu, ketika si cewek hampir lulus kuliah dan sedang mengurus skripsi pontang-panting. Ia bertemu lagi dengan teman lamanya. Mereka telah dirubah dan dirusak waktu. Si cowok memberi saran bahwa mereka harus bicara. Ia minta maaf dengan tulus. Si cewek senyum saja tanpa memberi kepastian. Ia terlalu sibuk saat itu.

Saat kepastian sudah hilang dan tak ada lagi yang ingat bagaimana persisnya, melainkan hanya adegan dan siluet saja maka itu sudah menjadi kenangan. Si cewek tersenyum simpul ketika membuka-buka album lamanya. Begitu banyak waktu yang telah terlewati. Ia kini telah berumur 26 tahun.

Dengan gaun putih lembut, ia melangkah pelan ke sebuah mesjid. Suasana haru-biru sangat terasa. Ini adalah hari bahagia baginya dan teman terkasihnya.

"Saya terima nikahnya Nina binti Abdul Qodir dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"
"Bagaimana? Sah?"
"Sah!Sah!"

Si cewek dan si cowok tersenyum simpul. Si cewek sungguh bahagia melihat teman terkasihnya akhirnya menikah. Ia tersenyum kepada kedua mempelai. Lelaki disamping si cewek juga tersenyum simpul.

"Sebenarnya ini kondangan siapa sih Yang?" tanyanya pada si cewek. Si cewek tersenyum.
"Ini kondangan teman dan orang yang bersejarah dalam hidup aku........!"

Diantara tawa, canda dan tangis yang telah mereka lewati, mereka memilih zona pertemanan. Kita untuk selamanya menjadi teman. Yah.... si cewek memutuskan untuk tidak menepati janji pada temannya. Dia memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya dan pergi jauh. Apakah zona pertemanan lebih baik? Ya, menurut dia itu lebih baik.

Dan ketika kamu tidak dapat memutar kembali keadaan seperti semula, maka kamu ditantang untuk berubah. Bagaimana dengan Anda?

Semoga bermanfaat.



No comments:

Post a Comment