Hmmmm.... Sobat maniak misteri. Pernah nggak waktu di kelas Anda sibuk memperhatikan guru sambil ternganga, tapi tidak dapat menangkap apapun dalam penjelasan Sang Guru? Atau mungkin pernah lihat seorang anak yang selalu tidur di kelas, tidak pernah susah payah memperhatikan guru, tapi begitu ditimpuk dengan penghapus papan tulis, tiba-tiba langsung bisa menjawab pertanyaan apapun yang diajukan guru? Daebak..... Dulu saya ada satu di kelas. Setiap melihat kehebatannya dalam menjawab, saya selalu merasa 'BETAPA MISTERI DI DUNIA INI TIDAK ADA HABISNYA', sambil terus menggeleng-gelengkan kepala tak percaya.
Dan percayalah, tanpa sadar satu sekolah lama-kelamaan, memiliki topik tentang 'anak jenius' ini. Para guru mulai membicarakan kehebatan, keistimewaan, kelebihannya daripada anak-anak lainnya. Sedangkan murid lainnya biasanya sangat iri padanya.
Saya juga 'saat itu' punya mindset yang sama. Irinya luar biasa. Hingga tibalah hari dimana saya menggeser mindset saya. Mungkin kita sudah mendengar jutaan orang jenius yang sukses, jutaan orang berusaha yang sukses, tapi belum pernah mengalami dan melihat langsung.
Saya mengalaminya dan melihat sendiri. Iya.... dia anak lelaki tetangga saya, yang dulu adik kelas saya di kota kecil Palu, Sulawesi Tengah. Anaknya nakal luar biasa, sempat tidak naik kelas 2 kali, kerjanya malakin anak-anak yang lebih lemah dari dia. Termasuk saya juga. Pokoknya tipe anak yang paling tidak disukai semua orang. Waktu saya berangkat untuk melanjutkan studi ke Jawa di tahun 2004, dia berhenti sekolah. Saya mendengarnya dari orang tua.
Tahun 2010, saya kembali ke Palu untuk melanjutkan studi karena keterbatasan biaya. Saya benar-benar terkejut karena rumah tetangga saya yang dulu mirip gubuk sekarang sudah dibeton, dilantai, bahkan kursinya jati. Wow.... saya terkejut juga. Saya lupa bertanya pada orang tua apa yang terjadi. Lagipula itu bukan urusan saya.
Suatu hari, anak lelaki tetangga itu yang kini sudah menjadi lelaki dewasa, sebut saja Dandi. Dandi berteriak dengan kerasnya sambil berputar-putar dengan motornya "Jagung rebus! Biapong (kue isi)..............!'
Saya tergoda untuk membeli, sekalian ingin wawancara singkat. Belum lama ini ibu saya juga menceritakan kalau si Dandi ternyata ikut bisnis MLM dan asuransi. Ia sudah sukses, sekarang jadi manajer.
Setelah basa-basi, saya masih penasaran. Jujur saja, Dandi ini banyak berubah. Ia terlihat jauh lebih ramah dan dewasa. Saya pun meledeknya.
"ciye.... yang sudah kaya."
"biasa saja. kamu juga, baru selesai di jawa tho?"
"iya. Kamu ingat Adi tidak? Yang jenius itu di sekolah. Dia dapat beasiswa keluar negeri."
"ya... dia jenius.orang tuanya kaya. rugi sekali kalau tidak keluar negeri. Apalah saya ini, orang tua miskin, cuma lulus SD lagi."
"saya dengar kau sudah jadi manajer. Ada apa kau jual jagung dengan kue begini? Uangmu masih belum cukup?"
Dia terdiam sejenak, tampak ragu-ragu, "Ummmm.... saya tidak bisa diam. Saya mau coba apa kira-kira yang bisa ditekuni untuk dijadikan usaha. Uang tidak baik kalau tidak diputar."
Saya terdiam. Good mindset saya dapatkan dari seorang lulusan SD. Saya tersenyum. Bukan mengejek, tapi diam-diam iri dengan sosok di depan saya ini. betapa piciknya saya, hanya kagum kepada anak jenius yang pergi keluar negeri. Dan sedikit pandang enteng tetangga saya ini.
"Saya tidak jenius, kasarnya otakku lambatlah kalau mau sekolah, hanya mengganggu yang lain belajar. Harta juga tidak ada, hanya usaha saja yang saya punya. Kalau orang yang tidak ada pendidikan macam saya ini, seharusnya usahanya dua kali lipat.
Saya terdiam. Merenung.
"Oh iya, saya pergi dulu mau jualan lagi!"
Ia tersenyum, meninggalkan saya yang masih bengong sambil memegang kue biapong. Saya merasa kerdil. Saya bahkan membeli kue ini dengan uang orang tua saya.
Ia tersenyum, meninggalkan saya yang masih bengong sambil memegang kue biapong. Saya merasa kerdil. Saya bahkan membeli kue ini dengan uang orang tua saya.
Siang itu, di tahun 2013, saya sedang melaksanakan praktek mengajar di suatu sekolah. Ya... saya memang kuliah di jurusan pendidikan. Anak-anak kelas V tampaknya sudah lelah. Bel tanda pulang sudah berbunyi. Mereka ramai sekali mengepak buku untuk persiapan pulang. Beberapa murid mendekati saya ketika teman-temannya sudah pulang.
"Ibu.... enaknya Lita. Tadi kita dihukum ibu Alfi, gara-gara tidak bisa kerja soal di papan tulis. Lita dia jenius Bu!"
Saya tersenyum. Ingat mindset saya beberapa tahun silam ketika saya masih sekolah. Saya mulai merapikan buku-buku di meja saya, kemudia berdiri, mendekat dengan murid-murid yang sedang iri ini.
"Dengar kata-kata Ibu ya! Kamu boleh iri dengan temanmu yang jenius, tapi seharusnya kamu lebih iri dengan temanmu yang usahanya lebih. JENIUS MEMANG SUDAH ADA DARI LAHIR, TAPI USAHA YANG CIPTAKAN DIRIMU SENDIRI! Mengerti!"
Saya keluar kelas sambil tersenyum. Saya tahu, bahwa murid-murid kecil saya belum paham apa yang saya katakan. Saya berharap, suatu saat nanti, mereka akan memahaminya.
Semoga bermanfaat!!!!!!!!

No comments:
Post a Comment