Malam ini setelah hampir satu minggu tidak membuat postingan apapun karena kehabisan ide, adik bungsuku yang katanya besok ujian statistik, malah mengajakku nonton film. Mulanya dia bertanya apakah aku masih ada koleksi film Harry Potter di netbook. Yah.... film itu sudah lama kuhapus. Seri terakhir yaitu Harry Potter and The deadly Hallows part 2, aku nonton di tahun 2011 kalau tidak salah. Dan aku benar-benar puas dengan endingnya.
Harry Potter mampu memikatku yang waktu itu masih kelas tiga SD, sama sekali tidak tahu bahasa Inggris kecuali yes dan no ke dalam pusaran kekaguman. Malam ini memutar flash back ingatanku saat itu, waktu itu belum ada internet marajelela seperti sekarang. Bahkan untuk nonton Harry Potter Sorcerer Stone a.k.a batu bertuah, aku dan kakakku harus patungan untuk menyewa kaset. Yang paling ajaibnya kaset itu tulisan subtitlenya tidak jelas sama sekali lagi bahasa yang diartikan saat itu adalah bahasa Melayu.
Kalau ingat masa kecilku dulu, aku selalu punya luka yang menganga lebar di salah satu ruang hatiku yang terdalam. Tidak ada seorang pun seumur hidupku dapat menyentuhnya. Ini adalah batas keras untuk orang lain mengetahui hal ini ada pada diriku. Sejak kecil aku adalah anak yang rapuh, namun aku selalu berusaha menutupinya dengan sikap yang ceria. Meskipun aku anak yang ceria, aku sama sekali tidak menyukai TK. Tidak ada yang pernah ada tahu alasan sebenarnya karena aku selau berdalih "aku benci TK karena kerjanya hanya berdoa, cuci tangan dan makan." Tapi anak kecil mana yang tidak suka aktifitas itu?
Ya, alasanku sebenarnya tentu saja bukan itu. Yang membuatku tidak suka TK adalah teman-temanku dan orang tua mereka. Mengapa? karena teman-temanku selalu diantar oleh ibu atau ayahnya ke sekolah. Ditunggui, kadang kalau ada bekal yang kurang ibu mereka akan terbirit-birit membelikan. kadang ketika mereka terjatuh, ibunya akan segera datang mengelap kaki atau tangan kecil mereka dengan penuh rasa sayang.
Untungnya ada beberapa teman yang bernasib sama denganku, alias mereka juga tidak ditunggui orang tuanya. Tapi aku kembali down ketika waktu pulang telah tiba. Karena selalu aku menjadi anak yang tidak pernah dijemput orang tua. Sehari-hari, aku selalu berjalan kaki bersama kakakku yang waktu itu SD kelas VI. Pergi TK kepagian dan pulang TK kesorean. Belum lagi setelah tiba di rumah, aku harus belajar membaca diajari ayahku dengan penuh kemarahan dan pukulan dengan lidi atau kayu. Aku selalu takut pulang dan tidak suka sekolah. Tapi aku lebih memilih dipukul daripada sekolah. sehingga di TK aku berhenti setelah satu bulan.
Kenangan itu masih tertanam jelas di ingatanku. Saat itu adalah masa yang paling buruk. Ketika SD, dengan bekal kepandaianku membaca sejak umur 5 tahun, aku membaca apa saja di sekelilingku tanpa pilih-pilih. Aku mulai menyesuaikan diri di SD. Meskipun aku tidaklah terlalu pandai, tapi aku bukan anak yang bodoh.
Itulah sekilas masa laluku. Aku masih penyendiri saat itu. Kalau dipikir-pikir, aku mulai berubah semenjak menonton Harry Potter. Dulu aku kira buku-buku dan kepandaian adalah segalanya. Tapi Harry Potter yang mengajarkan kepadaku bahwa persahabatan dan keberanian juga tidak boleh diabaikan. Aku mulai berkawan dengan siapa saja dan mulai berani membuka diri. Kalau dipikir-pikir, aku waktu itu belum bisa bahasa Inggris. Pada akhirnya, aku jadi penasaran dan mulai tertarik dengan Bahasa Inggris.
Waktu kelas tiga SD, pelajaran Bahasa Inggris dimulai dan aku sangat menyukainya. Aku tidak pernah ikut kursus karena kedua orang tuaku tidak mampu. Aku hanya suka belajar sendiri, menonton Harry Potter berulang-ulang, karena Englishnya British, aku mampu mengikutinya. Di sekolah tidak ada temanku yang menonton itu, jadi ya aku tidak ada tempat bercerita. Kebanyakan mereka suka sinetron Indonesia. Kadang aku menonton juga, tapi itu tidak cukup berkesan.
Aku sangat suka karakter Harry Potter karena sekilas dia sepertiku. Dia tipe orang yang tidak terlalu suka teori dan lebih mencintai praktek, dia juga tetap sendiri dengan lukanya walaupun dia tersenyum dengan orang lain, sama sepertiku. Aku juga suka kacamata Harry Potter yang bulat, menurutku itu menunjukkan keberanian, kepandaian dan kebaikan hatinya kepada orang di sekelilingnya. Bayangkan waktu itu umurku baru 9 tahun, tidak bisa bahasa Inggris, menonton CD Harry Potter yang kuputar berulang-ulang sambil mendengar kata-katanya, bersama subtitle yang tidak bisa dimengerti. Kedengarannya emang boring.
Harry Potter, sahabat masa kecilku. selain buku-bukuku tentunya. Sampai sekarang aku mengakuinya. Bahkan sebelum aku terkagum-kagum dengan Detektif Conan dan Sherlock Holmes, sesungguhnya Harry Potter sudah ada sebelum mereka.
Aku sekarang telah dewasa. Aku tersenyum sendiri memikirkan "yang hebat itu bukan Harry Potter, tapi imajinasi penulisnya" opiniku karena yang membuat adalah seorang ibu yaitu J.K. Rowling, banyak pesan moral yang diselipkan. Terima kasih Bu J.K. Rowling, bahkan waktu aku studi di Jawa, banyak teman-teman yang memujiku karena kemampuan Bahasa Inggrisku sampai sekarang.
Love you Harry Potter......!

No comments:
Post a Comment